Sabtu, 28 April 2012

Salam Pramuka!! (^^)/

Salam Pramuka!!

Apaan si enaknya ikutan Pramuka? Gitu mungkin yang ada di kepala anak-anak sekarang. Pramuka kayaknya udah ketinggalan zaman, gak gaul, bikin galau --ahahaha-. Thats the truth, kegiatan yang dulu pernah jadi idola ini, kayaknya sekarang udah semakin nggak populer di mata anak-anak. Pramuka sudah ditinggalkan dan menjadi asing, bahkan di tempat tempat yang dulu menjadi basis-basis pendukungnya.

OK, sebagai seseorang yang pernah di-shibghohi' dunia kepanduan khususnya lewat Pramuka, Awan mau share dikit ni tentang pengalaman  pertama Awan di Pramuka. Semoga bisa jadi inspirasi buat semua, paling nggak bisa jadi nostalgia mengenang masa kecil, khususnya buat kita yang pernah berinteraksi dengan dunia kepramukaan.

Perkenalan pertama Awan dengan Pramuka dimulai tentu saja ketika SD. Yup, 'pertemuan' pertama itu dimulai dari kewajiban menggunakan seragam coklat muda-coklat tua di hari sabtu. Buat seorang Awan kecil, hari sabtu adalah hari yang ditunggu. Gimana nggak, hari sabtu adalah hari dimana baju putih bisa 'istirahat' sejenak, dan berganti dengan seragam keren (kantongnya aja banyak :) tempelan badgenya apalagi :D) Pramuka. perkenalan awal dengan Pramuka memang diawali dengan kesan : KEREN!! Oh iya, yang bikin makin keren adalah setengan leher alias kacu alias dasi pramuka yang melingkari leher itu.  Buat seorang anak SD yang masih lugu, dasi pramuka adalah sesuatu yang sangat cool. Gimana nggak, bikinnya aja ribet! --ahahaha-- dibandingin dengan dasi 'palsu'  SD yang berwarna merah bertali karet yang makenya tinggal ngalungin ke leher, dasi pramuka adalah sebuah 'art' --sorry kalo terasa lebay--. Bener deh, buat anak SD yang keterampilan motorik halusnya masih gak terlalu bagus --terbukti dari tulisannya yang ehem ehem-- bisa ngelipat dasi pramuka dan masangnya di leher dengan rapi adalah sebuah prestasi, sebuah kebanggaan. Zaman itu, barangsiapa yang bisa masang dasi pramuka dengan rapi dijamin bakalan dirubung oleh teman-teman sekelas yang minta diajarin atau malah minta dibikinin --tetep bangga meski dimanfaatin--. OK, situasi kayak gitu emang nggak bertahan lama. Seiring umur, tentu saja kemampuan memasang setengan leher akan semakin meningkat. Dan pada akhirnya si pemasang setengan leher terbaik akan segera dilupakan. --hehehe--

Awan masih inget banget, pertama kali jatuh cinta dengan pramuka adalah ketika kelas V. Di SD Awan, kegiatan Pramuka emang baru intens dikenalkan pada murid saat kelas V. Nggak tau persis alasannya kenapa. Mungkin untuk memudahkan pembinaan. nggak mudah kan membina anak-anak yang masih pada kecil? Nah, kegiatan kami di hari pertama itu adalah permainan. Wali kelas kami yang merangkap Pembina  Pramuka, Pak Jono, yang langsung membina dan memimpin kegiatan hari itu. Permainan yang dilakukan simpel banget sebenernya. Judulnya memasang tali sepatu. Jadi tiap anak diminta melepas sepatu dan tentu saja talinya. kemudian sepatu tersebut dikumpulkan di ujung lapangan. nanti tiap anak berlari ke ujung lapangan tersebut dengan membawa tali sepatunya masing-masing, kemudian memasangnya dengan benar kemudian melapor pada guru yang sudah menunggu di sisi lain lapangan. Sederhana kan? Dan yang bikin makin menarik adalah iming-iming hadiah yang menunggu mereka yang tercepat.

Seru, menarik, rame, namun sederhana dan memaksa anak anak buat bergerak. But not for me :D Kegiatan perdana ini terus terang bikin panik. kenapa? Karena Awan seumur umur sekolah, nggak pernah  pake sepatu bertali. I'm Velcro lover. Sebagai anak SD yang lugu, Awan selalu berfikir ngapain repot-repot naliin sepatu jika ada yang tinggal sreeeeeeeeek langsung nempel, sreeeeeeeek sekali lagi langsung kebuka. Jadi boro-boro bisa naliin sepatu, punya sepatu bertali aja nggak pernah. Dengan panik Awan kecil langsung protes ke Pak Jono (Ngomong soal Pramuka, rasanya Bapak Wali kelas V B ini yang paling berjasa mengenalkan dan menginspirasi Awan kecil untuk eksis di Pramuka. Makasi banyak Pak, Alloh SWT akan membalas semua kebaikan bapak.aamiin) kalo dia nggak pakai sepatu bertali. dan dengan santainya Pak Guru yang kocak ini bilang : " Iya, nanti kamu pinjam sepatu temanmu ya?"

Asli, langsung ketar-ketir. Gak tau mau ngapain rasanya saat itu. Mau nangis meratapi diri nggak mungkin, mau kabur apa lagi. Ya udah, Awan kecil yang mulai keringat dingin itupun dengan terpaksa mengikuti kegiatan. ada rasa takut, malu, dan segen karena gak pernah masang tali sepatu. Sibuk mengkhayal cari akal, waktu pun terbuang dan tak lama giliran Awan buat bermain tiba. Dengan modal sepatu pinjaman beserta talinya yang telah dilepas, Awan kecil maju dan meletakkan sepatu tak bertali itu di ujung lapangan, kemudian kembali ke garis start. Di garis start Awan makin panik, perutnya mules, mukanya kusut, matanya agak berkaca-kaca, nggak tau mau ngapain akhirnya Awan mutusin gantung diri pake tali sepatu. ahahahaha Ya gak lah, dengan perasaan yang kacau balau, Awan kecil tetep ikutan tu lomba. Ah, kenapa bukan lomba masang setengan leher aja si. paling nggak, Awan bisa kalo itu. katanya dalam hati setengah merutuk.

Priiiiiiiiiiiitttttt!!!!

Dan peluit tanda mulai pun berbunyi. Awan ikut lari sama-sama peserta lain. Awan kecil emang bukan pelari yang hebat, apalagi dibebani oleh kegundahan yang melanda hatinya --OK, lebay lagi nih-- tentu aja makin beratlah kaki itu dilangkahkan. Hasilnya bisa ditebak, Awan nggak berhasil sampe di ujung lapangan duluan, tapi gak malu-maluin banget lah, urutan tengah-tengah tapi emang agak akhirlah. Sesampainya di ujung, Awan kecil langsung ngambil sepatu pinjeman yang sudah siap dipasangin tali. sepatu itu item, agak dekil --udah minjem menghina pula?!--, lubang talinya udah gak bulet lagi ,mungkin karena udah 'akrab banget' sama talinya yang gepeng.

reka adegan
Awan kecil menggenggam tali sepatunya. Bingung mau ngapain, dia tengok  kiri-kanan dan makin ngeper liat teman-temannya udah asik masuk-masukin tali sepatu ke lubang-lubangnya. Setelah sempet bingung mau ngapain, akhirnya Awan kecil mepet ke salah seorang temennya yang lagi sibuk masang tali sepatu. Nggak pake lama si Awan langsung belajar kilat cara masang tali sepatu. Belajarnya ya dengan cara liat temennya. Nyonteklah kira-kira. Sialnya, si teman itu udah setengah jalan. Otomatis gak ketauan gimana awalnya, dari lubang mana masuk yang pertama. trus kemana lagi masuknya. Tapi Awan kecil yang lagi kepepet ini bukanlah anak yang mudah menyerah. Dengan modal nekat dia coba aja niru. Yang parahnya, nggak cuma modal liat, Awan kecil sempet-sempetnya narik-narik tu sepatu yang lagi dipasangin tali sama temennya itu buat melihat dari dekat, ngebandingin dan mengira-ngira gimana  sebenernya pemasangan tali sepatu yang bener itu. Tentu aja temannya ini jadi sewot karena terganggu, untung nggak sempet terjadi kerusuhan.

Gak lama temen yang dicontek ini selesai memasang tali sepatunya. Bagaimana dengan Awan kecil? Tentu saja dia belum selesai. Tapi dia nggak mau ketinggalan lagi, si Awan kecil ikut lari  ngejar temennya itu berharap selama dalam 'pelarian' itu dia masih sempat belajar cara masang tali sepatu. Ketika temannya sampai untuk lapor kalau dia sudah selesai. Dengan nekat Awan menyelesaikan  pemasangan tali sepatu di depan Pak Jono. Dan SUKSES!! Yup, sodara-sodara Awan kecil yang panik ini sukses bikin tu tali sepatu kusut :D Dan tentu saja dia tak menjadi juara.

Percaya atau nggak, kegagalan ini yang menjadi awal kecintaan Awan pada kepramukaan. Kegagalan ini memotivasi Awan. Buktinya gak lama untuk pertama kalinya Awan minta dibelikan sepatu bertali. Biar bisa belajar masang tali sepatu. Dari permainan sederhana ini, Awan kecil belajar menghadapi masalah, Awan kecil juga menikmati betul sensasi perasaan dan emosi yang naik turun. Dan sejak hari itu. Awan kecil memutuskan untuk ikut Pramuka. Saat itu mungkin karena rasa senang akan kegiatan-kegiatannya yang memang seru dan menyenangkan untuk anak-anak. Tapi kelak, ketika Awan kecil semakin dewasa. Awan kecil menyadari bahwa pilihannya tepat. Pramuka telah mengubah Awan kecil. Awan kecil yang terkenal sangat pemalu, pendiam, dan agak penakut kelak akan berubah menjadi Awan 'agak besar' yang berani, yang 'candu' dengan kegiatan, yang aktif berorganisasi., Siapa sangka, anak yang tidak bisa menalikan tali sepatunya saat kegiatan pramuka, kelak akan menjadi ketua dewan penggalang di Gugus Depannya, bahkan  menjadi wakil DKI Jakarta dalam Jambore Nasional?

Jika, kelak engkau bertemu Awan, ketahuilah... salah satu yang membentuk seorang Awan adalah sebuah organisasi penuh warna bernama PRAMUKA.

Kami semua cinta dan Bangga menjadi Pramuka Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar